CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Kamis, 30 Januari 2014

Macam-macam Obat Panas Rectal (via anus) Untuk Anak

3 macam obat sesuai kandungan paracetamol
Sebelumnya saya minta maaf karena baru sekarang posting tentang perbedaan obat panas via anus atau biasa disebut obat rectal. Maklum sikecil baru lancar merayap seperti tentara sehingga emaknya tepar kecapean, dan langsung tidur #alesan.

Nah,langsung aja ya, maklum saya nulisa nyambi menyusui, eittttsss jangan dicontoh, salah-salah ntarnotenya jatoh kena si kecil.

Sebelum kedokter, saya memang sedia obat panas rectal ini, jaga-jaga takut panas anak tinggi dan menyebabkan kejang atau step. Memang sih, kata orang step itu keturunan. Jadi mohon tanyakan kepada orang tua, apakah kita atau suami pernah step kalau panas. Cmiiw

Jujur, saya beli obat ini (Paracetamol 125) ga tau dosisnya bagaimana. Dan pihak apotik juga ga nanya. Pokoknya bilang mau beli obat panas via anus, trus langsung dikasih dan bayar. Jangan lupa baca expirednya, soalnya ini obat akan disimpan dalam waktu yang lama. Syukur-syukur ga digunakan. Jadi pas 2 anak saya sakit, aqila 4th, afiqa 5m, dan panasnya sampe 39°C langsung aja diberikan. Ternyata kata dokter dosisnya salah. Yang bener begini nih...

KANDUNGAN PARACETAMOL SESUAI DENGAN BERAT BADAN.

Ada 3 macam obat yang dokter kasih ke saya. Semua ada di foto atas. Ketiga obat itu dijejerin di meja sambil memberitahukan perbedaannya biar saya tidak salah kasih antara qila dan fiqa.

  • Paracetamol 80 untuk anak yang berat badannya di bawah 8 kg. Nah, fiqa pake yang ini, maklum BB fiqa saat itu 7kg.
  • Paracetamol 125 untuk anak yang berat badannya 8,1kg-12,5 kg
  • Paracetamol 160 untuk anak yang berat badannya 12,6kg-16kg
Nah, itu info yang diberikan dokter, jadi kalau mau stock obat panas rectal ingat-ingat berat badan si kecil, takutnya salah dosis.

Perlu diingat, bahwa obat ini hanya membantu menurunkan panas, tapi tidak membunuh virus yang penyebabkan panas, jadi tetap minum obat panas seperti biasa.  Dan diberikan saat panas diatas 38°C



Semoga informasi ini bermanfaat yaaa...

Jumat, 17 Januari 2014

Yuk, Sedia Obat Panas Via Anus (maaf) untuk si Kecil

Minggu kemarin adalah minggu yang mengkhawatirkan. Maklum baru pertama dalam persejarahan rumah tangga #alah# 3 orang sakit panas. Berawal dari suami yang sudah merasa tidak enak badan di jum'at 10 januari ada anak temennya suami yang meninggal gara-gara STEP/ kejang-kejang.

Begini ceritanya, anggap saja nama anak tersebut andi. Andi adalah anak berkebutuhan khusus, usianya belum genap 5 tahun. Seumuran anak saya yang pertama, Aqila. Dulu saya ingat, andi pernah dirawat karena Step juga, hanya saja alhamdulillah andi sehat kembali. Entah bagaimana ceritanya akhirnya andi tidak kuat di serangan Step yang terakhir. Banyak yang bilang jika anak sudah pernah kena Step, maka ada kemungkinan akan kembali terkena Step jika panas tinggi menyerang (cmiiw). Sepertinya andi tertular ayahnya yang sedang terserang flu, karena sang ayah bercerita bahwa malam sebelum andi kejang-kejang, ia bermain dengan andi yang kala itu masih sehat. Tiba-tiba tengah malam andi kejang-kejang dan langsung dibawa ke RS pukul 2 pagi. Mungkin Allah berkehendak lain, Andi dipanggil Allah SWT pukul 7 pagi. (Semoga andi diberikan tempat terbaik disisiNya. Amin)

Nah, suami yang memang sudah tidak enak badan dari pagi ikut mengantarkan jenazah andi dari RS ke rumah duka. Dan malamnya ikut tahlilan. Mungkin karena telat makan, dan kondisi kurang fit, malam sabtu suami panas tinggi, kepala pusing, serta disertai bersin-bersin. Dugaan sementara gejala flu. Sabtu pagi, suami ke RS sendiri mengendarai motor, alhamdulillah selamat kembali sampai dirumah. Hanya saja keadaan suami tak kunjung berubah, sehingga sorenya kembali ke RS untuk cek darah. Hasil dari laboratorium, ada kecenderungan types, hanya saja masih minim kemungkinannya. Hanya butuh istirahat dan minum air putih yang banyak. Alhamdulillah hari minggu keadaan suami membaik.

Malam senin, entah bagaimana ceritanya jam 9 malam aqila dan afiqa demam. Jam 2 pagi kondisi semakin menghawatirkan, panas aqila 40 derajat dan afiqa 39,5 derajat celcius. Obat panas yang diberikan ke aqila tidak bereaksi, sementara afiqa sendiri belum saya berikan obat. Hanya ASI. 

Untung di kulkas tersedia obat panas via anus. Langsung suami berikan ke afiqa dan aqila. Dengan dosis yang sama untuk 2 anak yang berbeda usia. Jujur, saya panik, takut step seperti si andi. Ah, yang penting turun dulu panasnya. Saya sudah berusaha memberikan obat panas ke afiqa yang masih Asi, hanya saja dimuntahkan obat tersebut beserta asi yang diminumnya.  

Hari senin, saya langsung bawa fiqa dan qila ke DSA, ternyata dosis obat panas via Anus yang saya berikan ke qila dan fiqa salah. Obat panas tersebut tidak bereaksi ke qila karena dosisnya kurang, sedangkan untuk fiqa kelebihan dosis. Pantes fiqa langsung anyep badannya.

Karena fiqa belum genap 6 bulan, dan belum pernah diberikan makanan, maka obat pamol yang diberikan harus diencerkan dengan air. biar tidak terlalu pekat. Saya sih tidak saklek dalam pemberian air putih yang katanya di ASI ekslusif pantang banget. Hanya saja, demi fiqa sembuh itu yang paling penting. Ya, fiqa bukan anak asi eklusif, pasca cecar ia pernah diberikan sufor oleh pihak RS. Saya yang salah, harusnya saya bilang ke susternya kalau saya mau ASI Eklusif, Ya sudahlah, waktu tak bisa diputar kembali, yang penting afiqa sehat. Hanya saja dihari ke2 saya bertekad memberikan ASI . Alhamdulillah sampai sekarang masih ASI.

Rupanya perjuangan memberikan obat ke fiqa itu susah banget. Muntah berkali-kali, sehingga panas mencapai 39 terulang kembali, akhirnya obat panas via anus. Saya dan suami sampai berpikir, kalau sekali lagi fiqa panas, obat tersebut akan diberikan. Karena stock obat panas via anus hanya 3 kaplet yang diberikan dokter, akhirnya suami beli ke apotik dengan membawa contohnya.

Oalah................. ternyata pihak apotik menyarankan agar kami tidak memberikan obat via anus lagi karena bakeri panas tidak akan hilang. Obat tersebut hanya menghilngkan nyeri dan menghambat terjadinya panas tinggi, tapi tidak menyembuhkan panas. Pantes panas fiqa naik turun melulu. Mau ga mau harus di cekokin si fiqa dengan pamol.

Oh ya, obat panas via anus ada 3 macam sesuai dengan berat badan anak, nah di tulisan selanjutnya akan saya berikan. Saya foto-foto dulu ya :)

Oh ya jangan lupa sediakan termometer yaaaaaaaaaaa dirumah :)

#Bersambung

Rabu, 08 Januari 2014

Jangan malu imunisasi di puskesmas

Ga sengaja beberes kamar menemukan bukti imunisasi BCG fiqa. Sebenarnya saya punya langganan bidan dideket rumah orang tua dulu. Tapi karena pas fiqa dah pindah ke cibeber, jadilah berasa jauh banget mau bawa fiqa yang baru usia 1 bulan. Maklum belum punya mobil. Jadi rada khawatir takut sakit kena angin malam. Kalau pagi, papanya kerja. Kalau weekend, takut ga ketemu bidannya, tapi asistennya. Rasanya ga sreg aja. Hehehehe. Maklum klo ketemu bidan pasti ngobrol sebentar kalau ga ada pasien.

Perkenalan saya dengan bidan imas, begitu namanya, dari pekerjaan dahulu saya sebagai seorang spg produk makanan bayi. Kerjanya dilapangan bukan di mall. Jadi saya suka ikut bidan-bidan puskesmas ke posyandu. Saya bagikan sample mpAsi gratis. Kadang ada yang mencibir S1 kok mau kerja begituan. Hahahahaha kalau saja yang nyibir tahu gaji saya lumayan diatas umr kala itu, mesti mau. Lah, kerja cuma dari jam 8 pagi sampe jam 12 siang. Kemudian sorenya jam 4 saya pergi ke praktek bidan buat survey produk, kadang sampe jam setengah 6 sore. Begitu tiap hari dari senin sampai jum'at, sabtu saya harus laporan ke jakarta. Lah... kenapa ngomongin kerjaan ya... hahahhaha

Back to topic

Ngomongin vaksin imunisasi, ada yang setuju dan ga setuju kalau bayinya diberikan vaksin. Lah, dulu ga ada vaksin, orang tua kita sehat sampai sekarang. Tapi menurut saya ya sah-sah aja, toh, kalau anak sakit, orang tuanya yang repot dan sedih. Saya sendiri memberikan vaksin hanya vaksin anjuran dari pemerintah. Kalau anjuran dokter saya ga berikan. Maklum harga vaksinnya mahal dan ga di cover sama kantor papanya. Bismillah saja, mudah-mudahan anak-anak sehat selalu, Amin.

Bulan lalu saya pergi klinik swasta, untuk ke Dokter anak. ada ibu-ibu yang mau suntik imunisasi BCG. Hanya ditolak sama dokter karena adanya di rumah sakit tiap hari rabu. Saat itu saya dan ibu tersebut berobat ke Dsa yang paginya praktek dirumah sakit swasta dan sore di klinik.  Kemudian anak si ibu diberikan imunisasi ... saya lupa namanya. Ketika saya sarankan untuk BCG ke puskesmas, dia ragu, katanya takut vaksinya ga sebagus di rumah sakit. Maklum si ibu dapet full kesehatan dari perusahaan.

Pemberian vaksin BCG fiqa dilakukan di puskesmas cibeber, tiap hari rabu. Gratissssss. Hanya bayar pendaftaran 3000 dan biaya tulis 1500. #mudah-mudahan bener, lupa soalnya. Sedangkan untuk vaksin DPT saya pergi ke bidan imas. Karena saya mau vaksin DPTnya yang ga panas. Soalnya kalau liat anak panas, saya ga tega. Harganya 150.000 untuk vaksin DPT yang di combo (digabung) dengan vaksin hepetitis. Jadi ga 2 kali suntik. Cuma sekali langsung oke. Hehehehe. Karena bidan imas ga stock vaksin DPT yang ga panas, maka saya harus memesan dulu via phone 2 hari sebelum disuntik. Alhamdulillah fiqa ga panas.

Harga suntik imunisasi biasa di bidan 35.000. Vaksinnya sama dengan puskesmas, kalau di puskesmas gratis  cuma bayar pendaftaran dan pencatatan, di bidan wajar segitu, ya itung-itung biaya suntik dan pemberian obat jika panas. Coba kalau kedokter, belum biaya pendaftaran, biaya dokter anak, jasa suntik/tindakan, obat, dah berapa tuh yang dikeluarkan? Pasti lebih dari 150.000. Info yang didapat, kalau pihak rumah sakit swasta ambil vaksin anjuran pemerintah dari puskesmas tanpa biaya /gratis. Jadi vaksinnya sama saja. Kecuali imunisasi  tambahan yang dianjurkan dokter selain imunisasi wajib dari pemerintah.

Jadi, ga usah malu pergi ke puskesmas, vaksinnya sama saja kok sama rumah sakit. Lebih murah malah, tapi kalau biaya imunisasi di cover perusahaan ya beda namanya. Yang penting buat kebaikan anak ya. Amin. Bismillah saja.